Laman

Senin, 07 Maret 2011

Pantau Air Radiator Minibus Agar Tidak Tekor

Perawatan Radiator minibus

Pantau Air Radiator Minibus Agar Tidak Tekor


Jakarta - Persepsi bahwa perawatan mobil jenis minibus dianggap merepotkan sudah tidak tepat lagi. Apalagi bagi minibus yang umumnya punya posisi mesin di tengah.

Minibus konvensional posisi radiatornya menghadap ke bawah. Namun, tidak berlaku bagi minibus modern yang posisi radiatornya sudah menghadap ke depan, terletak di ruang bonnet depan.

Salah satunya adalah Daihatsu Gran Max. Usah khawatir pula tentang ‘perjalanan’ sirkulasi pendingingan ke mesin yang dihubungkan melalui dua slang radiator yang cukup panjang.

Karena posisinya yang rendah, terlihat cukup dekat dengan aspal dinilai cukup mengkhawatirkan. “Posisi jalurnya sangat terlindungi,” tegas Iskandar, workshop head Daihatsu Cibubur, Jaktim.

Pria ramah ini menjelaskan bahwa jalur selang radiator terlindungi oleh sasis cross member yang mampu melindunginya dari benturan.

Lalu ada steering rack dan dek pelindung yang juga berfungsi mengarahkan semburan udara ke mesin karena adanya sirip berkisi (Gbr.1).

Selain tujuannya juga mendinginkan mesin, desainnya mampu mengeliminir cipratan air atau lumpur ke komponen radiator. “Jadi slang radiator posisinya aman, umurnya panjang,” jamin Iskandar. Sedangkan celah kosong di samping dek, tujuannya selain pasokan udara juga memudahkan perawatan.

Bicara soal perawatan, Iskandar mengingatkan pemilik akan pentingnya memperhatikan air radiator. “Caranya pantau saja di tangki reservoir, jangan dibuka tutup radiatornya,” tambahnya mengingatkan rutinitas seperti ini minimal dilakukan tiap seminggu sekali.


Pastikan kondisi air radiator dalam batasan ‘Full’ di tangki, tidak sampai penuh melebihi batasan tersebut (Gbr.2).

Jika posisi air radiator di bawah batas ‘Full’, disinyalir ada sesuatu yang tidak beres, kebocoran misalnya. Memantau indikator temperatur di spidometer setiap kali berkendara merupakan hal termudah.

Pemilihan air radiator disarankan Iskandar memakai radiator coolant sesuai rekomendasi ATPM (Gbr.3).

“Coolant yang baik mengandung air destilasi (non mineral), aditif antikarat dan glycol atau antipanas,” jelas Dani Isbianto, marketing manager PT. Indosarana Lokapratama, selaku produsen radiator coolant merek Seiken di Indonesia.

Lebih lanjut Dani menuturkan rata-rata pemakaian radiator coolant bisa menempuh batasan 40 ribu km atau rata-rata dua tahun pemakaian. “Setelah dua tahun kemampuan additif anti karat akan berkurang,” wanti Dani yang merinci efek menggunakan air biasa untuk jangka panjang adalah potensi karat, bocor, mampat hingga overheat.

Setelah 2 tahun atau 40 ribu km berjalan, Iskandar kembali mensyaratkan pengurasan radiator dan menggantinya dengan coolant baru. “Gran Max butuh coolant kurang lebih lima liter,” tutup Iskandar.

Di bengkel resmi, coolant keluaran Daihatsu dijual dalam kemasan per satu liter dengan harga eceran Rp 40 ribu, sudah termasuk PPN.